
Wali Kota Bekasi memilih menggunakan rumah pribadinya sebagai rumah dinas resmi. Dengan langkah ini, ia tidak menerima tunjangan rumah dinas yang biasanya diberikan oleh pemerintah daerah kepada kepala daerah yang sedang menjabat.
Alasan Gunakan Rumah Pribadi
Dalam keterangannya, Wali Kota menilai rumah pribadinya sudah cukup representatif untuk dijadikan tempat tinggal sekaligus ruang kerja dalam melaksanakan tugas. Menurutnya, keputusan ini diambil demi efisiensi anggaran dan menghindari pemborosan yang tidak perlu.
“Saya merasa rumah pribadi sudah memadai. Tidak perlu lagi pemerintah daerah mengeluarkan biaya tambahan untuk rumah dinas. Anggaran tersebut lebih baik dialihkan untuk kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Tidak Ambil Tunjangan Rumah Dinas
Keputusan ini juga berdampak pada hak tunjangan yang biasanya melekat pada jabatan wali kota. Tunjangan rumah dinas yang nilainya cukup besar resmi tidak diambil. Ia menegaskan bahwa kebijakan tersebut merupakan bentuk komitmen pribadi dalam menjaga integritas dan penggunaan anggaran publik secara tepat.
Dampak bagi Keuangan Daerah
Pemerintah Kota Bekasi menyambut positif kebijakan ini. Anggaran yang seharusnya digunakan untuk tunjangan rumah dinas bisa dialihkan untuk program pembangunan, bantuan sosial, hingga peningkatan pelayanan publik. Dengan begitu, masyarakat secara langsung mendapat manfaat dari penghematan tersebut.
Respons Masyarakat
Kebijakan Wali Kota ini menuai beragam respons. Banyak warga yang mengapresiasi langkah tersebut sebagai bentuk kepemimpinan sederhana dan efisien. Namun, sebagian pihak menilai keputusan tersebut perlu tetap diawasi agar tidak menimbulkan masalah administrasi ke depan.
Contoh bagi Kepala Daerah Lain
Pakar tata kelola pemerintahan menilai langkah Wali Kota Bekasi bisa menjadi contoh bagi kepala daerah lain. Dengan memilih hidup sederhana dan menekan biaya operasional, seorang pejabat publik dapat memperlihatkan komitmen nyata terhadap efisiensi anggaran.
Kesimpulan
Keputusan Wali Kota Bekasi menjadikan rumah pribadi sebagai rumah dinas menunjukkan sikap konsisten dalam menerapkan efisiensi anggaran. Ia tidak mengambil tunjangan rumah dinas, dan anggaran tersebut bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Langkah ini sekaligus menjadi pesan moral bahwa pemimpin dapat memberi teladan melalui gaya hidup sederhana dan transparan.



